Sejarah Kongregasi

Pater Jules Chevalier MSC adalah pendiri tarekat MSC dan PBHK. Dia lahir sebagai anak ketiga di sebuah rumah penginapan sudut jalan Bernama jalan Sygne di sebuah kota kecil Richelieu, provinsi Tourine-Perancir, pada tanggal 15 Maret 1824, dan keesokan harinya langsung dibaptis. Ayahnya Bernama Jean Charles Chevalier, seorang tukang roti, ibunya Bernama Louise Ory, berusaha jualan sayuran di pasar. Pada tanggal 14 Juni 1851, beliau ditahbiskan menjadi imam misionaris Hati Kudus di Bourges.

Yang melatarbelakangi pendirian Tarekat PBHK adalah adanya situasi politik yang terjadi pada tahun 1789 mengubah cara hidup masyarakat di Issoudun Perancis. Situasi politik juga mempengaruhi kehidupan beragama. Faham liberalisme menyebabkan timbulnya kapitalisme atheis, indifferentisme, kesombongan rohani, dan anti klerikalisme merupakan gejala-gejala masyarakat. Agama dipandang semata-mata sebagai perasaan saja. Agama dianggap hanya urusan individu. Gejala ini oleh Pater Chevalier disebut sebagai penyakit-penyakit zaman. Manusia tidak lagi percaya bahwa dia dicintai oleh Allah yang mewahyukan diri dalam Kristus. Situasi seperti ini mendorong Pater Chevalier untuk membawa orang-orang keluar dari keterasingan dengan cara menempatkan mereka dalam suatu relasi yang lebih dekat dengan Allah. Untuk mewujudkan maksud ini dibutuhkan imam-imam yang akan bekerja agar HATI Allah dikenal lebih dekat dan pribadi. Para imam itu akan disebut Misionaris Hati Kudus. Ide ini disambut baik oleh Pastor Maugenest, maka mereka mengadakan Novena Kepada Bunda Maria yang dimulai pada tanggal 30 November 1854 dan berakhir pada pesta Maria dikandung tanpa noda pada tanggal 08 Desember 1854. Bertepatan berakhirnya novena mereka, Maria memberikan mukjizat berupa hadirnya seseorang yang membawa sumbangan sebesar 20.000 francs untuk memulihkan keadaan rohani masyarakat Berry dengan mendirikan rumah untuk para misionaris. Tulis Pater Chevalier “O, Maria betapa besar hati kami……hari ulang tahun kelahiranmu tanpa noda akan kami jadikan sebagai ulang tahun lahirnya serikat baru, Misionaris Hati Kudus, sebab pada hari inilah mulai misteri kehidupan serikat ini”. Maka tanggal 08 Desember 1854, dirayakan sebagai lahirnya Kongregasi MSC.

Agama dipandang semata-mata sebagai perasaan saja. Agama dianggap hanya urusan individu. Gejala ini oleh Pater Chevalier disebut sebagai penyakit-penyakit zaman. Manusia tidak lagi percaya bahwa dia dicintai oleh Allah yang mewahyukan diri dalam Kristus. Situasi seperti ini mendorong Pater Chevalier untuk membawa orang-orang keluar dari keterasingan dengan cara menempatkan mereka dalam suatu relasi yang lebih dekat dengan Allah. Untuk mewujudkan maksud ini dibutuhkan imam-imam yang akan bekerja agar HATI Allah dikenal lebih dekat dan pribadi. Para imam itu akan disebut Misionaris Hati Kudus. Ide ini disambut baik oleh Pastor Maugenest, maka mereka mengadakan Novena Kepada Bunda Maria yang dimulai pada tanggal 30 November 1854 dan berakhir pada pesta Maria dikandung tanpa noda pada tanggal 08 Desember 1854. Bertepatan berakhirnya novena mereka, Maria memberikan mukjizat berupa hadirnya seseorang yang membawa sumbangan sebesar 20.000 francs untuk memulihkan keadaan rohani masyarakat Berry dengan mendirikan rumah untuk para misionaris. Tulis Pater Chevalier “O, Maria betapa besar hati kami……hari ulang tahun kelahiranmu tanpa noda akan kami jadikan sebagai ulang tahun lahirnya serikat baru, Misionaris Hati Kudus, sebab pada hari inilah mulai misteri kehidupan serikat ini”. Maka tanggal 08 Desember 1854, dirayakan sebagai lahirnya Kongregasi MSC.

Meskipun pada permulaan sangat sederhana dan banyak kekurangan tetapi mereka Bahagia dan memang karya ini diberkati Tuhan. Di dalam gereja baru dibangun sebuah altar yang bagus untuk perawan suci, Bunda dan pelindung Kongregasi. Dalam kurun waktu yang cukup lama, beliau memikirkan gelar manakah yang akan diberikan kepada Maria di altar baru itu. Ia ingat akan janji kepada Maria untuk menghormatinya dalam Kongregasi baru secara istimewa. Dalam tahun 1859 Pater Jules Chevalier mengumumkan gelar baru kepada komunitas kecilnya.

Pada tanggal 30 Agustus 1874, Pater Jules Chevalier mengumumkan pendirian Kongregasi Putri Bunda Hati Kudus/PBHK (Fileae Dominae Nostrae a Sacro Corde), tujuan utama mendirikan Kongregasi Wanita adalah sebagai ungkapan syukur atas terkabulnya permohonan mendirikan Kongregasi Misionaris Hati Hati Kudus dan memberikan Penghormatan kepada Bunda Maria. Beliau mempunyai cita-cita agar jiwa-jiwa perawan yang dipersatukan dengan Bunda Hati Kudus, yaitu dalam hubungan seorang ibu dengan putri-putrinya agar memberikan kehormatan, cinta dan penyilihan yang lebih sempurna kepada Hati Ilahi.

Setelah Kongregasi PBHK berdiri, Pater Jules Chevalier mengangkat Marie Louise Hartzer sebagai Superior Kongregasi Putri-Putri Bunda Hati Kudus. Maka pada tanggal 08 Desember 1882, Marie Louise Hartzer yang berasal dari Alsace-Perancis mulai memegang tanggungjawab tersebut. Pada tahun-tahun pertama, Kongregasi ini menghadapi perjuangan berat. Awalnya Kongregasi mengkhususkan diri dalam karya pemberdayaan kaum putri melalui Pendidikan. Namun setelah delapan tahun berkiprah, Pater Jules Chevalier memutuskan mengembangkan sayap perutusan lebih luas hingga keluar Perancis untuk membantu karya MSC di bidang Pendidikan dan Kesehatan masyarakat dengan terus disemangati oleh semboyan Semoga Hati Kudus Yesus dikasihi dimana-mana. Misi penyebaran Injil di Melanesia dan Mikronisia mengalami pencobaan berat. Para imam, Bruder dan Uskup ditentang oleh penduduk asli, maka Vatikan meminta MSC untuk mengatasi situasi ini. Karena permintaan dari Vatikan ini maka pastor-pastor MSC memohon agar PBHK ikut membantu pelayanan ini. Ibu Marie Louise menuliskan dalam buku hariannya, “kira-kira pada tanggal 04 Oktober 1884, Pater Superior mengatakan kepada saya bahwa Roma menghendaki agar tidak hanya para Misionaris Hati Kudus melainkan juga para Putri Bunda Hati Kudus berangkat ke Nugini. Maka persiapan segera kita mulai…..namun karena berbagai alasan, soal ini belum dibicarakan dalam komunitas. Namun ia menulis lagi: “Tuhan sendiri tahu akan rancangan itu dan Ia akan menjamin bahwa kehendak-Nya terlaksana betapapun terbatasnya kemampuan manusia”.

—- PERJALANAN MASUK KE INDONESIA —-

Pada tanggal 14 Juli 1920 rombongan pertama para suster Putri Bunda Hati Kudus (PBHK) dari Provinsi Belanda tiba di Tual. Mereka terdiri dari Sr. Angelina van Zeyl (pemimpin), Sr. Tharcisius Bogaers, Sr. Prisca Timmermann dan Sr. Juliana (yang digantikan oleh Sr. Alphonsa Mattens). Mereka hadir untuk melayani di bidang Pendidikan (sekolah dan asrama putri), merawat orang sakit, rumah tangga dan membantu pastoral. Kemudian di tahun 1923 dan 1925 datang lagi rombongan yang masing-masing terdiri dari 3 suster sehingga makin memperkuat pelayanan di Maluku. Dengan bertambahnya tenaga dari Belanda, maka mereka membuka komunitas baru di Saumlaki.

27 Oktober 1928 dari Langgur, rombongan pertama PBHK, yang terdiri dari Sr. Angelina van Zeyl, Sr. Adriana de Kort, Sr. Christine Mommers dan Sr. Xaveria Moorman tiba di Merauke. Karena Merauke merupakan wilayah Vikariat Apostolik di Kepulauan Maluku, maka komunitas Merauke merupakan bagian dari misi di Maluku. Dalam perjalanan waktu para suster membuka komunitas-komunitas di pedalaman dengan begitu bertambahlah tenaga para suster yang dikirim dari Belanda. Dikarenakan sulitnya hubungan komunikasi antara Maluku dan Merauke serta adanya konflik politik antara pemerintah Indonesia dan Belanda, maka pada tanggal 20 Mei 1948 secara resmi Misi Irian Jaya lepas dari Maluku dan Sr. Adriana de Kost ditetapkan sebagai pemimpin Misi di Irian Jaya.

Pada tanggal 04 Juni 1928 rombongan pertama PBHK dari Belanda, yang terdiri Sr. Patricia Leemijer, Sr. Marianna Dieckmann, Sr. Valeria Schneiders dan Sr. Crescentia van Hasselt tiba di Purworejo.  Kehadiran para suster di Purworejo untuk pelayanan di bidang sekolah yaitu taman kanak-kanak dan sekolah dasar, asrama putri dan kelompok belajar menjahit. Bersamaan dengan pelayanan kerasulan pertama ini, serta bertambahnya tenaga para suster dari Belanda maka komunitas-komunitas berikutnya dibuka. Dengan perkembangan pelayanan PBHK di Langgur, Merauke dan Purworejo, maka Provinsi Belanda memiliki tiga daerah misi di Indonesia.

Karya-karya PBHK di Indonesia tersebar di delapan Keuskupan yaitu:

  1. Keuskupan Amboina sejak 1920: Ambon, Langgur, Elat, Katlarat, Saumlaki, Arui Bab, Waur
  2. Keuskupan Agung Merauke 1928: Merauke, Kelapa Lima, Tanah merah, Bade, Rumb,  Kepi, Eci
  3. Keuskupan Purwokerto 1928: Purworejo, Cilacap, Sidareja, Tegal, Slawi, Pemalang, Kapencar, Wonosobo
  4. Keuskupan Agung Jakarta 1948: Komunitas Kramat dan Komunitas Grogol
  5. Keuskupan Agung Semarang 1981: Parakan, Yogyakarta
  6. Keuskupan Manado 1988: Palu, Palolo, Napu
  7. Keuskupan Bogor 1998: Kotawisata
  8. Keuskupan Banjarmasin 2008: Asam-asam, Banjarmasin, uren
  9. Keuskupan Bandung 2019: Tasikmalaya

Bidang karya yang menjadi pelayanan para suster PBHK:

  • Pendidikan (TK, SD, SMP, SMA/SMK)
  • Kesehatan
  • Pastoral
  • Sosial
  • Jpic

Para suster Indonesia yang berkarya di luar negri dengan pelayanan Pendidikan, Kesehatan dan Pastoral, yaitu:

  1. Roma
  2. Sudan
  3. Afrika
  4. Philipina
  5. Vietnam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *