Marie Louise Hartzer

SEJARAH KELUARGA

              Marie Louise Mestmann dibesarkan dalam keluarga yang memiliki darah keturunan internasional. Kakek dari pihak ayah berdarah Belanda, kakek dari pihak ibu berdarah Jerman dan ibu dari Marie Louise berdarah Perancis yang lahir di Alsace. Leluhur Marie Louise tergolong dalam tingkat masyarakat menengah.

Marie Louise lahir pada tanggal 27 Agustus 1837 sebagai anak pertama dari pasangan Antoine Mestmann dan Elizabeth Pfohl. Ayah Marie Louise adalah seorang dokter Angkatan laut yang berkebangsaan Belanda dari kota Wissembourg dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang baik. Marie louise memiliki adik Bernama Antoinette dan Marie.

              Sebagai seorang dokter, ayahnya sering melanglang buana dan setelah pulang dari berkeliling itu Marie Louise sering mendengarkan kisah-kisah perjalanan ayahnya. Kisah perjalanan ayahnya memberikan pengaruh penting dalam cita-cita Marie Louise. Pada usia ke-17 tahun, Marie Louise mengalami dukacita karena ayahnya meninggal dunia. Kepergian ayahnya berjumpa dengan Bapa di Surga mengubah cita-cita hidupnya dan perubahan itu sangat penting. Ibu Marie Louise mengalami kedukaan yang sangat dalam sehingga menyerahkan permasalahan rumah tangga sepenuhnya kepada anak-anaknya. Antoinette sebagai adik Marie Louise tidak dapat membantu karena menderita sakit selama hidupnya, maka seluruh permasalahan rumah tangga menjadi tanggungjawab Marie Louise. Kendati sibuk mengurus keperluan rumah tangga, Marie Louise tak pernah lupa mengikuti misa harian di gereja serta penghormatan kepada Santa Perawan Maria.

              Setelah Marie Louise berusia 20 tahun, dan tepatnya di tanggal 16 Februari 1858 ia menikah dengan Victor Hartzer yang bekerja sebagai inspektur rumah sentral, maka mereka berpindah rumah di Ensisheim dan setelah dua tahun menikah mereka memiliki dua anak, yaitu Fernand dan Leopold. Marie Louise menyerahkan kedua anaknya secara istimewa kepada Tuhan. Tiga tahun kemudian Victor Hartzer suaminya menjabat sebagai Inspektur penjara di bagian Mayenne sehingga mereka berpindah rumah. Rumah baru mereka berdekatan dengan Gereja, maka memudahkan Marie Louise menghadiri misa tiap hari dan meluangkan waktu untuk bersembah sujud di hadapan Sakramen Mahakudus. Dikarenakan jabatan suaminya menuntutnya melibatkan diri dengan masyarakat, maka dalam waktu yang singkat Marie Louise memiliki banyak sahabat karena sifatnya yang ramah, penuh kegembiraan dalam menjalani hidup.

 SEJARAH PANGGILAN

Ketika Fernand dan Leopold beranjak remaja, mereka berdua dikirim ke Lyceum untuk melanjutkan sekolah menengah dan kemudian mereka meneruskan masuk seminari serta memilih Tarekat Misionaris Hati Kudus Di Issoudun yang didirikan oleh Pater Chevalier. Pada musim panas tahun 1876 Marie Louise berniat menemui anak-anaknya dan sekaligus ia akan mengunjungi satu biara yang didirikan oleh Pater Chevalier. Dalam perjalanan waktu suami Marie Louise mengidap penyakit paralisi (kelumpuhan) yang makin hari makin parah dan tidak terobati. Pada bulan Maret, adik bungsunya Marie meninggal dunia dan pada bulan Juni, saudara laki-laki dari Victor (suaminya) meninggal secara mendadak. Pada tanggal 19 September di tahun yang sama suaminya Victor Hartzer meninggal dunia ditunggui Marie Louise Bersama Fernand putra sulungnya. Marie Louise menjadi janda muda di usia 32 tahun. Lewat peristiwa kehilangan dari orang-orang yang dikasihinya ini, Marie Louise merasa bahwa Tuhan sedang membawanya lebih dekat kepada diri-Nya. Melalui pernikahannya, Tuhan mempersiapkan Marie Louise untuk tugasnya menjadi pemimpin umum pertama dalam Kongregasi PBHK. Marie Louise mengembangkan kehidupan penyangkalan diri dan penyerahan diri pada kehendak Tuhan.

              Dengan perjalanan rohani yang panjang, Marie Louise akhirnya menjadi seorang Putri Bunda Hati Kudus. Pada tanggal 7 Desember menjelang Pesta Bunda Maria dikandung Tak Bernoda, Pater Chevalier memilih Suster Marie Louise Hartzer sebagai Superior dan Pemimpin Novis. Sr Marie Louise Hartzer menyerahkan masa depannya ke tangan Tuhan. Bimbingan Tuhan yang begitu nyata dalam setiap bagian masa lalunya sampai ia menjadi seorang Putri Bunda Hati Kudus. Dia menjadi seorang ibu pemimpin sejati yang memberikan kehidupan kepada komunitas, semangat kekeluargaan sejati dan cukup berani untuk mengirim para suster ke misi sejak awal.